PENGEMIS KEREN DI STEPHANSDOM

.
Saya pikir pengemis itu cuma ada di negara-negara berkembang seperti Indonesia saja. Ternyata, negara maju pun tak luput dari serbuan para pengemis ini. Fakta itulah yang membuat saya terbelalak dan senangnya bukan main.

Lho kok malah senang, hahahaha, bahkan saya juga tertawa. Ternyata Indonesia memang tak sendiri punya pengemis di mana-mana. Dalam hati saya pun berkata, “Pengemis memang profesi yang sudah diakui masyarakat dunia”. Pekerjaannya cukup gampang bukan, tinggal menengadahkan tangan, pasang muka memelas, lalu dapat uang. Apalagi kalau mengemisnya dilakukan di tempat-tempat strategis seperti di Stephansdom atau Katedral St. Stephen yang terletak di pusat Kota Wina (Vienna) - Austria.

Bayangkan saja, gereja gothik itu berada di kawasan Kärntner Straße atau Kärntnerstrasse (dalam bahasa Jerman Carinthia street). Kärntnerstrasse merupakan kawasan pusat belanja terkenal di Kota Wina dan seluruh dunia. Pusat belanja tersebut selalu dipadati oleh para turis dari berbagai negara. Kärntnerstrasse terbentang mulai dari Stephansplatz hingga Wiener Staatsoper di Karlsplatz - Ringstraße. Bisa dibayangkan kan bagaimana ramainya kawasan tersebut. Berbagai kulit berwarna tumpah ruah di sana, menghabiskan hingga ribuan euro. Dalam benak, saya mengira-ngira, perputaran euro di Kärntnerstrasse pasti bisa mencapai jutaan euro dalam sehari. Bos saya saja waktu itu membeli mantel yang terbuat dari woll seharga sekitar 500 euro, kalau dikurskan ke rupiah bisa mencapai hampir 6 juta rupiah waktu itu.

Perputaran uang yang melimpah itulah yang ingin dinikmati oleh para pengemis di Wina. Saya tak tahu apakah mereka berasal dari Negara Austria sendiri atau dari negara miskin di Eropa lainnya. Apa yang menyebabkan mereka menjadi pengemis pun saya tak begitu tahu. Dan itu sungguh mengherankan saya. Setahu saya pemerintah Austria memberikan tunjangan sosial bagi penduduknya yang tak bekerja alias pengangguran. Namun sudahlah, saya tak akan menganalisisnya lebih lanjut. Saya hanya memperhatikan style pengemis yang saya lihat ketika baru keluar dari Stephansdom tadi, yang membuat saya makin terbelalak.

Pengemis di Wina memiliki style yang berbeda bila dibandingkan dengan pengemis yang sering kita jumpai di kota-kota besar seperti Jakarta. Pengemis di Jakarta pasti selalu identik dengan pakaiannya yang compang-camping, kumuh, lusuh, dan (maaf) bau. Sepertinya mereka yakin sekali kalau makin kelihatan kumuh akan makin kelihatan melaratnya, sehingga orang-orang akan hiba pada mereka. Keadaan ini berbeda 180 derajat dengan pengemis yang saya temukan di depan Stephansdom tersebut. Apakah ini suatu kebetulan atau tidak, entahlah.

Kebetulan, pengemis yang saya temukan itu berkelamin laki-laki, masih sangat muda sekali, paling usianya sekitar 20-an, atau malah kurang dari itu. Parasnya tampan, cool, rambutnya agak pirang kecoklatan, dan wajahnya oval. Pakaiannya sangat gaul, dia pakai celana jeans, t-shirt-nya ditutupi oleh jaket jeans juga dengan kancing yang sengaja dibuka. Sepatunya pun cool, logo merek sepatunya pun terlihat. Saya baca “Nike”. Saya saja yang bukan pengemis hanya pakai “Rockport” hasil sale 70% dari Citos, hehehe. “Andai pemuda itu berada di Jakarta - Indonesia, pasti dia bisa jadi foto model, peragawan, atau bintang sinetron, atau malah bisa jadi ketiga-tiganya juga”, demikian hati saya berkata.

Di depan pintu keluar Stephansdom, sambil berlutut, pemuda keren itu - eh pengemis keren itu menengadahkan tangannya ke setiap pengunjung yang akan masuk dan baru keluar dari dalam katedral tersebut. Matanya sedikit terpejam dan memelas sambil menggerakkan bibirnya seperti mengucapkan sesuatu. Barangkali dia berkata, “Paaak kasian Paaak, Buuu, kasian Buuu, dari pagi belum belanja Paaa, Buuu”, dalam bahasa Austria atau Jerman tentunya, atau bahasa lainnya lagi, cos gumamannya tak jelas terdengar. Cuma gerakan bibirnya yang malas, yang terlihat oleh saya.

Catatan:
Tulisan ini sudah pernah saya posting di blog Kompasiana:
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/09/14/pengemis-keren-di-stephansdom/

0 comments:

Post a Comment