MENCICIPI SOUP ASPARAGUS DI OEN

.
Asparagus merupakan sejenis sayuran dari spesies tumbuhan genus Asparagus. Jenis Asparagus yang biasa dikonsumsi berasal dari batang muda Asparagus Officinalis. Asparagus memiliki rasa yang sedap dan bersifat diuretik. Sifat diuretik ini menyebabkan asparagus memiliki khasiat untuk memperlancar saluran urin dan memperbaiki kinerja ginjal. Asparagus mengandung vitamin C, vitamin E, mempunyai kandungan asam folat nabati yang baik, sangat rendah kalori, tidak mengandung lemak atau kolesterol sekaligus kaya kandungan serat, dan mengandung sangat sedikit natrium. Selain itu, Asparagus juga merupakan sumber rutin, yaitu senyawa yang mampu memperkuat dinding kapiler.

Banyak masyarakat khususnya di Eropa yang sangat meminati Asparagus tersebut. Oleh sebab itulah Asparagus menjadi salah satu komoditi ekspor hasil pertanian yang cukup diandalkan. Dalam dunia kuliner, Asparagus sering dijadikan bahan tambahan untuk soup. Mengonsumsi Asparagus dalam soup yang hangat tentu sangat segar dan mampu menghalau dingin. Demikian informasi yang pernah saya peroleh dari para penikmat soup Asparagus.

Sudah sejak lama memang saya ingin mencicipi soup Asparagus tersebut. Namun kesempatan baru datang kemarin, ketika berkunjung ke kota Malang selama dua hari (23-24/9/2011). Secara tak sengaja, saat berjalan di jantung kota apel tersebut saya menemukan restoran peninggalan zaman Belanda. Restoran yang bernama “Toko Oen” itu berdiri tahun 1930. Letaknya di Jl. Basuki Rahmat No. 5 Malang, bersebelahan dengan Toko Buku Gramedia Pusat, dan berhadapan langsung dengan Gereja Kayu Tangan dan Restoran fastfood McDonalds.

Wisatawan asing, terutama yang berasal dari negeri Belanda, sering berkunjung ke restoran bersejarah tersebut untuk sekadar bernostalgia maupun mencicipi makanan khas kolonial di masa lalu. Banyak menu andalan yang disediakan “Toko Oen” itu, seperti Wienerschnitsel: Bistik Daging Lapis Parneer, Wienerschnitsel Paprika Sauce, Kakap ala Meuniere (Fish Steak/Bistik Kakap), Londonner: Beefsteak with Fried Egg (Biefstuk met gebakken ei), Biefstuk van de haas, Kippen Stuk (Chicken Steak), Garnalen Stuk (Bistik Udang), Rundtong Stuk (Bistik Lidah), dan banyak lagi.

Selain menyediakan banyak jenis sajian steak, resto tersebut juga menyediakan makanan khas Indonesia seperti nasi goreng dan sebagainya. Jadi, jangan khawatir, kalau Anda tak suka makanan khas Eropa, makanan khas Indonesia juga cukup banyak pilihan, dan paling penting tetap pas di lidah. Sebenarnya, menu andalan Toko Oen itu hanya ada dua yaitu es krim dan steak.


Saat memilih makanan di daftar menu yang diberikan pelayan, saya menemukan nama “Soup Krim Asparagus Kepiting” atau Asparagus Soup Crab. Pucuk dicinta ulam pun tiba, sudah sejak lama saya ingin mencicipi Asparagus, rasanya seperti perempuan hamil yang sedang ngidam sesuatu. Tanpa pikir panjang saya pun memilih paket menu tersebut dan Avocad Cream Vanilla (ternyata mirip es teler) sebagai tambahannya. Di status fesbuk saya, salah seorang teman menyarankan saya untuk mencoba Ice Cream Banana Split, katanya enak. Namun saya tak mengikuti sarannya karena pernah mencicipinya di tempat lain.

Sambil menunggu pesanan datang, saya mengamati sekeliling restoran, mulai dari interior hingga para pelayannya. Interior era kolonial tetap dipertahankan. Foto-foto bersejarah seperti saat Soekarno berkunjung ke Malang dipajang di dinding. Selain itu, foto hitam putih yang menggambarkan suasana Kota Malang tempo dulu pun turut dipajang. Ada foto Hotel Tugu, beberapa penanda atau landmark kota Malang, seperti gereja tua Kayu Tangan, dan eksterior Toko Oen pada masa dulu.


Kursi-kursi antik juga masih dipertahankan. Untuk sekadar ngupi-ngupi (minum kopi) dan makan kudapan (makanan ringan), kursi-kursi rotan rendah yang mengelilingi meja-meja bundar kecil sangat pas digunakan. Tetapi, kalau ingin makan besar, seperti makan nasi dan steak, Anda bisa memilih duduk di kursi-kursi kayu beralas rotan yang mengelilingi meja persegi. Style para pelayan atau pramusaji asli di masa lalu pun masih dipertahankan. Mereka memakai busana ala zaman kolonial dengan jas tutup putih dilengkapi dengan peci hitam. Suasananya jadi benar-benar seperti di zaman kolonial. Tak ketinggalan pula ucapan selamat datang yang terpampang pada spanduk yang dipajang dalam ruang restoran, WELKOM IN MALANG - TOKO “OEN” DIE SINDS 1930 AAN DE - GASTEN GEZELLIGHEID GEEFT.

Tadinya saya sempat bertanya-tanya, nama resto era kolonial tersebut kok diberi nama Toko Oen, kok bukan Restoran Oen atau Rumah Makan Oen atau Kafe Oen. Ternyata sebenarnya, restoran tersebut merupakan sebuah toko yang khusus menjual panganan seperti roti-rotian maupun makanan-makanan kecil (khas Malang) serta minuman, sangat mirip dengan toko roti Tan Eek Tjoan di Bogor. Makanan dan minuman yang kita beli di Toko Oen bisa langsung dinikmati di tempat.

Tak lama, pesanan menu saya pun datang, pertama “Avocad Cream Vanilla”, saya langsung mencicipinya. Hmmm, manis, segar, bercampur coklat susu, dan berasa seperti es teler. Kemudian disusul “Krim Sup Asparagus Kepiting”. Benar memang, rasanya segar kalau dinikmati hangat-hangat, sangat cocok kalau disantap di daerah berudara dingin seperti kota Malang. Bagi yang terserang flu barangkali “Krim Sup Asparagus Kepiting” ini bisa dijadikan menu pilihan. Jadi, saya tak rugi mengeluarkan uang 30 ribu rupiah untuk seporsi kecil “Krim Sup Asparagus Kepiting”. Harganya sebanding dengan rasa yang bisa saya nikmati, LEZAT.

Catatan:
Tulisan ini sudah pernah saya posting di blog Kompasiana:

0 comments:

Post a Comment