WISATA SUSU NONGOL DUA BIJI

.
Saat saya berwisata ke daerah Senggigi dan Gili Trawangan - Lombok beberapa waktu lalu (21 - 26 Mei 2012), sang tour leader dengan nada bercanda sempat mencetuskan kalau di Senggigi dan Gili Trawangan itu banyak sekali puskesmas dan susno duaji. Kening saya pun sempat berkerut mendengar istilah "susno duaji" dan "puskesmas" tersebut, maksudnya apa? Apakah bermakna konotasi atau denotasi? Ternyata kedua istilah yang sering saya dengar itu memiliki makna berbeda di kedua tempat wisata tadi. "Susno Duaji" merupakan singkatan dari "SUSu NOngol DUA biJI", sedangkan "Puskesmas" singkatan dari "PUSat KESenangan MAS-mas".

Saya masih belum paham juga maksud sang tour leader meski dia sudah menyebut kepanjangan dari kedua istilah tersebut. Saya baru paham ketika dia menunjuk beberapa cafe, diskotik, tempat karaoke, dan panti pijat atau massage di sepanjang jalan raya Senggigi saat kami melewati jalan raya tersebut. Tempat-tempat itu merupakan pusat kesenangan mas-mas karena selain tempat hiburan dan pijat, tempat-tempat itu juga banyak dihuni oleh wanita cantiknya. Mereka ini katanya bisa memberikan layanan plus-plus bagi para pengunjung, tinggal negosiasi saja pada mereka untuk mendapatkan layanan plus-plus tadi.

Selain puskesmas, di daerah Senggigi tersebut juga terdapat tempat tertentu yang banyak PKB-nya, yang biasa dikunjungi pada hari-hari tertentu saja. PKB? Kening saya pun kembali berkerut. Setelah dijelaskan oleh sang tour leader, ternyata PKB adalah singkatan dari "Pria-pria Kemasukan 'Burung'" alias para MaHo (manusia homo) atau gay hingga waria. Saya cuma manggut-manggut dan tersenyum ketika dijelaskan tentang istilah tersebut. Tak lupa, sambil lewat, dari dalam bis sang tour leader pun menunjuk pusat PKB, tempat para PKB suka berkumpul.

Istilah puskesmas dan pkb sudah terjawab, tinggal susno duaji yang belum terjawab nih meski pikiran saya sudah bisa menebak kira-kira apa maksudnya (pikiran kotor pun sudah melayang-layang, ahaa). Susno duaji baru terlihat ketika saya tiba di Pulau Gili Trawangan. Dari Pantai Senggigi hingga Pulau Gili Trawangan waktu tempuh dengan kapal bermotor sekitar 45 menit atau hampir satu jam.

Saat kapal merapat dan saya menuruni kapal serta menjejak di pasir pantai pemandangan langka pun segera saya saksikan. Para wisatawan asing khususnya dari Eropa dan Australia sedang asyik berjemur di panas yang terik, waktu itu sudah hampir pukul 12 tengah hari. Panas yang menyilaukan mata tak menjadi halangan buat mereka. Semakin terik sepertinya semakin asyik buat mereka. Badan mereka yang putih pun diterpa panas matahari hingga kecoklatan. Para prianya hanya mengenakan celana pantai yang pendek, mereka setengah telanjang dengan dada terbuka. Bagi saya mereka itu lebih terlihat seperti regu penolong dalam film "Baywatch". Body mereka pun kekar-kekar, six-pack, dan proporsional.

Sedang para wanitanya, seperti parade bikini di atas catwalk, dan itu menjadi pemandangan indah bagi para lelaki, khususnya para turis domestik. Beberapa rekan pria saya curi-curi foto ke arah mereka. Bahkan ada yang secara terbuka meminta foto bareng. Kapan lagi mendapat kesempatan seperti ini, berfoto bareng dengan bule-bule wanita berbikini, momen langka memang, demikian teman-teman saya itu beralasan. Beberapa di antara turis wanita itu bahkan ada yang melepas penutup dadanya alias beha, alias kutang. Dan terlihatlah dada mereka, memang pemandangan langka di tempat umum. Itulah yang dimaksud dengan susno duaji, susu nongol dua biji ... saya pun kembali manggut-manggut ....

Pantai Gili Trawangan - Lombok

1 comments: