GUDEG BU ATMO MEMANG ENAK

.
Saya sebenarnya tak suka gudeg (makanan khas Yogya). Makanan itu terlalu manis di lidah Batak saya. Namun pas berkunjung ke Yogya beberapa waktu lalu, saya ingin mencicipinya kembali. Semua itu terjadi tanpa sengaja gara-gara melewati warung gudeg “Bu Atmo” yang ramai pengunjung di hari Kamis malam. Saya tak tahu pasti apakah warung gudeg yang terletak di sebuah pertigaan Jalan Malioboro arah keraton itu selalu ramai setiap malamnya atau tidak, entahlah. Gara-gara melewati warung gudeg Bu Atmo malam tersebut saya jadi penasaran. Langkah kaki pun saya hentikan sejenak sambil melihat wajah-wajah oriental yang begitu lahapnya makan gudegnya Bu Atmo.

Rasa ingin pun menyeruak dalam lidah saya. Tapi tak ada kursi kosong yang memberi saya peluang untuk mencicipi gudeg Bu Atmo. Bukan apa-apa, ada satu pameo yang pernah saya dengar, andai sebuah warung makan ramai dikunjungi oleh wajah-wajah oriental berarti warung itu memiliki cita rasa yang enak. Agaknya, saya perlu membuktikan pameo tersebut. Namun tak terlaksana malam itu karena ramai pelanggan, Bu Atmo-nya pun sibuk melayani pelanggan. Ya sudahlah, langkah pun saya ayun kembali, besok malam masih ada kesempatan, begitu pikir saya. Dan makan malam di malam itu saya habiskan melahap paket Super Puas-nya KFC di Malioboro Mall. Kata teman saya, “Kalo cuma makan KFC, ngapain jauh-jauh ke Yogya Mas, hehehe”.

Besok malamnya, saya tak langsung merealisasikan keinginan saya atas gudegnya Bu Atmo, langkah saya tetap ke Malioboro Mall untuk makan malam. Pilihan saya awalnya Hokben, namun karena hampir jam 9 menu paket di fastfood Jepang itu sudah pada ludes semua. Langkah pun saya ayun ke McDee, tapi saat melihat antrian panjang pemesan di resto ayam goreng dari Amerika itu, saya pun langsung mengurungkan niat. Sekali lagi, ya sudahlah, kaki pun saya ayun ke warung gudeg Bu Atmo. Dalam hati saya berdoa, “Semoga warung Bu Atmo tak ramai”.

Tak lama, saya pun sampai di warungnya Bu Atmo. Syukurlah, pengunjung tak ada, sepi, barangkali orang-orang sudah pada pulang, jam sudah menunjuk pukul 9 malam lewat. Bu Atmo sedang duduk menunggui gudegnya. Saya pun langsung duduk di sisi warungnya sambil memesan gudeg satu porsi pada Bu Atmo. Dalam paket gudeg itu, ada krecek pedasnya, dan sepotong paha ayam kampung. Sebenarnya ada beberapa pilihan lauk pendamping gudeg, selain ayam kampung gulai tadi, ada juga telur dan tahu yang digulai juga. Bu Atmo melayani saya dalam bahasa Jawa Yogya yang medog, dan sudah dipastikan saya pun bingung menanggapinya, cuma angguk-angguk kepala saja, pura-pura ngerti.

Tak sabar saya mencicipi gudeg Bu Atmo, rasanya memang enak, tak terlalu manis, pas di lidah. Lauknya pun lezat, daging ayamnya gurih dan empuk. Meski kreceknya tak begitu pedas namun tak mengurangi kenikmatan. Saat saya makan, beberapa pengunjung masih berdatangan, rata-rata berwajah oriental. Harapan saya untuk makan enak terkabul malam itu meski harus mengeluarkan kocek Rp. 18.000 plus teh manis panas. Mahal memang untuk sekelas warung pinggir jalan. Apalagi kalau dibanding dengan seporsi "Nasi Kucing". Tapi tak apalah, yang penting sepadan dengan rasa.

Barangkali, kelezatan gudeg Bu Atmo di Malioboro itu sudah terkenal ke mana-mana, dan tersebar dari mulut ke mulut. Untuk membuktikannya saya coba googling di internet. Hasilnya, nama “Gudeg Bu Atmo Song Dji” yang muncul, ini bukan nama gudeg Bu Atmo yang saya maksud di atas. Tapi saya tak peduli, gudeg Bu Atmo di Malioboro itu tetaplah gudeg yang paling enak menurut saya, dan pas di lidah saya. Ada yang mau mencoba?

Catatan:
Tulisan ini pernah saya posting di Kompasiana:
http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/05/23/gudeg-bu-atmo-memang-enak/

0 comments:

Post a Comment