Kejadian ini terjadi sekitar lima tahun silam, sudah cukup lama memang, tapi masih membekas dan menjadi bahan pelajaran buat saya sendiri. Anda pernah dengar kan sebuah pepatah yang mengatakan, “Don’t judge a book by its cover”, arti bebasnya: jangan menilai sebuah buku itu dari sampul(cover)nya. Kalau diartikan lebih jauh lagi, maknanya bisa menjadi seperti ini, “Jangan pernah menilai seseorang dari rupa atau penampilannya”. Demikianlah yang saya alami waktu itu, saya terlalu menilai seseorang itu dari penampilannya.
Waktu itu, saat menunggu penerbangan dari Kuala Lumpur ke Singapura. Di ruang tunggu sebelum boarding saya melihat seorang perempuan muda. Penampilannya lumayan modern dan up-to-date, cukup modis saya lihat. Dari sosoknya saya yakin dia itu orang Indonesia. Saya perhatikan lebih detail dari kursi saya, sepertinya perempuan itu orang Jawa. Dasar otak saya yang terlalu berprasangka dan out of order, tanpa menilai lebih saksama dan bijak lagi, saya langsung nebak kalau perempuan itu “TKW” atau Tenaga Kerja Wanita.
“Pasti dia TKW yang sukses”, kata hati saya. Kemudian hati saya berkata lagi, “Alah, paling dia cuma mau pamer doang di kampung, biar orang sekampung pada tau kalau dia sukses jadi TKW, padahal ….”, saya tak melanjutkan kalimat terakhir ini, cos nadanya sangat negatif dan sangat sinis. Entah setan apa yang hinggap di otak saya ini hingga saya berpikir sumbang seperti itu.
Rasa penasaran pun tak terbendung, untung pikiran waras saya masih bekerja. Tak ada salahnya kalau menegur perempuan tersebut. Sekalian berkenalan dan membuktikan pikiran kotor saya tadi. Mungkin saya bisa belajar dari dia bagaimana menjadi TKI yang sukses. Pikiran saya tetap berprasangka kalau perempuan itu salah seorang TKI atau TKW.
“Excuse me, are you Indonesian”, tanya saya.
“Ya”, jawab perempuan itu singkat. Saya pun langsung ngomong pakai bahasa Indonesia.
“Mbak kerja di Malaysia ya”, tanya saya
“Bukan”, jawab perempuan itu.
Sebelum saya melanjutkan pertanyaan berikutnya, perempuan itu sudah melanjutkan jawabannya lagi, “Saya baru pulang dari Jerman, pesawat saya transit di sini sekitar delapan jam, saya harus segera mengambil penerbangan lain biar sampai di Yogya secepat mungkin, saya mau bertemu keluarga saya”, kata perempuan itu dengan logat Jawa yang masih kental.
“Saya pikir Mbak TKW”, jawab saya dengan nada bodoh. Perempuan itu menggeleng kepalanya sambil tersenyum.
“Enggak, saya sedang studi di Jerman, S2 saya baru saja selesai, sekarang saya lanjut S3 di bidang marketing dan finance, karena lagi libur musim panas, saya ambil kesempatan untuk pulang, sudah enam tahun saya di Jerman dan belum pernah pulang”, cerita perempuan itu.
Mendengar cerita perempuan itu buat saya terpana sebentar, dan berpikir betapa stupid-nya saya. Biar tak kelihatan seperti orang stupid, saya lanjut nanya dia lagi, “Biaya sendiri Mbak studi di Jerman”. Dia menggeleng kepalanya lagi, “Enggak, saya dapat beasiswa dari pemerintah Jerman”.
“Hebat ya Mbak”, puji saya, dia hanya tersenyum.
“Bareng siapa Mbak dari Jerman”, tanya saya.
“Saya sendirian dari Jerman”, jawabnya lagi.
“Berani ya Mbak”, kata saya lagi dengan nada stupid. Dia tersenyum lagi mendengar perkataan saya.
Percakapan kami pun terhenti karena petugas sudah memanggil kami lewat microphone untuk segera boarding. Dalam pesawat yang sama si Mbak akan melanjutkan perjalanannya kembali ke Indonesia setelah transit lagi di Singapura tempat saya melanjutkan perjalanan bersama si Bos.
Saya belum sempat bertanya nama si Mbak itu. Andai percakapan tersebut terus berlanjut pasti banyak pelajaran yang bisa saya dapat dari pengalaman perempuan itu. Tapi saya sudah cukup mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Saya tak boleh menilai seseorang itu dari fisik dan penampilannya semata. “Don’t judge a book by its cover”, hati saya berkata lagi pada diri saya sendiri.
Catatan:
Tulisan ini pernah saya posting di Kompasiana:
http://sosbud.kompasiana.com/2011/07/19/saya-pikir-dia-tkw-ternyata/
0 comments:
Post a Comment